A’i Mulyani Az Zahra, M.Pd. FOTO:IST/UNGARANNEWS

Oleh: A’i Mulyani Az Zahra, M.Pd
(IRT, Penulis, Direktur Ismaya Berkah Group dan Dosen UIN Malang)

PERAN seorang ibu dalam membantu perekonomian keluarga semakin meningkat di masa pandemi ini, dari hasil statistik di databoks dapat diketahui bahwa ada 50,7 juta pekerja perempuan di Indonesia pada 2020, dimana 27,55 % merupakan tenaga usaha penjualan. Bahkan data terbaru dari BPS (Badan Pusat Statistik) disampaikan bahwa 37 dari 100 perempuan bekerja paruh waktu per februari 2021. Peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan ini menunjukkan bahwa eksistensi perempuan dalam menyelamatkan perekonomian keluarga sangat patut diapresiasi. Para perempuan yang mayoritas merupakan para ibu menyadari betul bahwa dengan bekerja akan semakin menambah beban yang dipikulnya, tetapi kesadaran akan pentingnya kesejahteraan untuk keluarga menjadikannya lebih mudah beradaptasi.

Sikap adaptif seorang ibu tidak hanya dilakukan disisi ekonomi. Pada saat pandemi dan pasca pandemi, para ibu juga dituntut untuk bisa menggunakan aplikasi-aplikasi digital untuk membantu proses Pendidikan putra-putrinya. Belum lagi para ibu juga dituntut untuk menguasai semua materi pelajaran dan mengajarkannya kepada putra-putrinya. Biasanya di sekolah satu mata pelajaran diampu oleh satu guru, tetapi selama pandemi dan pasca pandemi para ibu masih harus membantu memahamkan putra-putrinya terkait semua mata pelajaran yang dipelajarinya. Disinilah hebatnya seorang ibu, dan lebih hebat lagi jika sang ayah juga turut mendampingi proses pembelajaran putra-putrinya.

Mampu menghandle beberapa peran sekaligus atau dikenal sebagai multasking menjadikan seorang ibu memiliki beberapa peran penting yang tak urung membuat jenuh dan akhirnya stress ringan. Kondisi ini sangat perlu diperhatikan baik oleh sang ibu itu sendiri ataupun pasangannya. Dikarenakan jika dibiarkan maka akan berpengaruh tidak baik bahkan fatal terhadap tumbuh kembang anak dan ketentraman dalam keluarganya. Diperlukan sikap saling memahami antar pasangan dalam menjaga kondisi ibu agar senantiasa tenang. Jika ibu tenang maka bisa dipastikan keseimbangan hidup dalam rumah tangga akan lebih terjaga dengan baik.

Berdasarkan pengalaman yang ada, para ayah sering menyerahkan tugas mengasuh anak kepada sang ibu tanpa memahami kondisi psikisnya, tak jarang akhirnya pertengkaran kecil yang berujung pada perceraian dijadikan solusi dalam menghadapi permasalahan yang ada. Padahal kemampuan mengasuh dan mendidik anak merupakan tanggungjawab bersama, hal ini perlu dijadikan komitmen dari awal pernikahan sehingga keharmonisan rumah tangga menjadi lebih terjaga. Selain itu, komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga juga perlu dimusyawarahkan dan disepakati bersama baik diawal pernikahan atau pasca menikah khususnya di masa pasca pandemi ini. Ingat tidak ada kata terlambat untuk memulai suatu kebaikan.

Harus ada semangat bertawakkal, berikhtiar, bersyukur dan bersabar atas segala keadaan yang sedang dihadapi dalam rumah tangga. Pada intinya, antara seorang ibu dan ayah harus melibatkan pendekatan agama untuk setiap permasalahan dalam keluarganya. Harus ada kerjasama diantara kedua belah pihak, dan ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam hal ini. Ibu yang dikenal sebagai madrasatul ula, merupakan ujung tombak dalam menghadirkan ketenangan, sikap saling mencintai dan kasih sayang diantara anggota keluarga. Jika hal ini dapat diwujudkan dengan baik maka seorang ibu akan semakin dimuliakan dan diharagai baik oleh suaminya dan anak-anaknya.

Saatnya seorang ibu menjadi lebih berkualitas dan mengasah jiwa kepemimpinannya sesuai dengan fitrahnya dalam rumah tangga. Hadits Rosul yang menyebutkan bahwa Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan)

Dalam hadits tersebut dengan sangat jelas menggambarkan sosok Ibu dengan segala keterbatasannya sebagai seorang perempuan yang memiliki kunci masuk ke surga bagi anak-anaknya, dan bagi seorang ibu hal ini menuntut rasa tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab untuk mengasuh, mendidik anak-anaknya semenjak dari dalam kandungan hingga dewasa. Serta menunjukkan bahwa ibu memiliki potensi yang sangat besar dalam memimpin anak-anaknya untuk senantiasa dalam kebaikan dan lindungan Alloh SWT khususnya di era industry 4.0. Selamat berbahagia dan hari ibu untuk semua ibu di Indonesia dan di dunia, Mari menjadi sosok ibu yang berkualitas. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here